Kerjasama Bisnis TG:@LIUO9527
Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Larangan Suporter Tandang BRI Super League Diperpanjang: Dilema Sepak Bola Indonesia di Musim 2025/2026

Larangan Suporter Tandang BRI Super League Diperpanjang: Dilema Sepak Bola Indonesia di Musim 2025/2026

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-08-07 13:30:03
Dilihat:3 Pujian
Cover logo-logo tim yang mengikuti kompetisi BRI Super League 2025/2026 (Bola.com/Wiwig Prayugi)

Jakarta - Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) bersama operator liga, PT Liga Indonesia Baru (PT LIB), kembali memperpanjang kebijakan pelarangan suporter tandang untuk kompetisi Liga 1 musim 2025/2026.

Keputusan ini, yang sebelumnya telah diberlakukan dan menuai pro serta kontra, kembali diambil dengan alasan utama keamanan dan ketertiban demi kelancaran jalannya kompetisi. Meskipun tujuan utamanya mulia, implikasi dari kebijakan ini patut dicermati, baik dari sisi positif maupun negatifnya bagi ekosistem sepak bola Tanah Air.

Pelarangan suporter tandang pertama kali diterapkan sebagai respons terhadap insiden-insiden kerusuhan dan gesekan antar suporter yang kerap terjadi di luar maupun di dalam stadion.

PSSI dan PT LIB berharap kebijakan ini dapat meminimalisir potensi bentrok, mengurangi beban pengamanan, serta menciptakan atmosfer pertandingan yang lebih kondusif bagi pemain dan ofisial.

Dengan tidak adanya suporter tim tamu, fokus diharapkan bisa tertuju sepenuhnya pada jalannya pertandingan sepak bola, jauh dari provokasi atau tensi berlebihan di tribune.

Kebijakan ini sejatinya membawa beberapa manfaat yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. yang pertama, mungkin peningkatan keamanan dan ketertiban. Ini adalah tujuan utama yang paling terlihat. Potensi gesekan, perkelahian, dan tindak vandalisme yang melibatkan suporter tandang dapat ditekan secara signifikan. Lingkungan stadion menjadi lebih aman bagi penonton, pemain, dan seluruh elemen pertandingan.

Dengan berkurangnya gangguan di tribune, pemain dan wasit bisa lebih fokus pada jalannya pertandingan. Tekanan dari suporter lawan yang masif seringkali mempengaruhi mental pemain atau keputusan wasit.

 


Sisi Gelap

Erick Thohir (kiri), Yunus Nusi (tengah), dan Ferry Paulus (kanan), berbicara pada Press Conference terkait National Dispute Resolution Chamber Indonesia (NDRC) yang akan dilaksanakan pada Rabu, (06/07/2025) Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta. (Bola.com/Abdul Aziz)

Di balik tujuan keamanan, kebijakan ini juga memiliki sisi gelap yang patut menjadi perhatian. Sepak bola adalah tentang gairah dan dukungan. Kehadiran suporter tandang seringkali menjadi bumbu penyedap yang meningkatkan tensi dan kemeriahan pertandingan, menciptakan rivalitas yang sehat. Tanpa mereka, stadion terasa lebih sepi dan gairah kompetisi sedikit berkurang.

Kerugian Finansial Klub. Klub kehilangan potensi pendapatan dari penjualan tiket untuk kuota suporter tandang, meskipun ini mungkin tidak signifikan dibandingkan total pemasukan. Namun, hilangnya daya tarik pertandingan juga bisa berimbas pada jumlah penonton secara keseluruhan.

Keadilan dan Fair Play yang Berkurang.Tim tamu akan selalu bermain di bawah tekanan suporter tuan rumah tanpa dukungan moral dari penggemar sendiri. Hal ini bisa mempengaruhi performa dan mentalitas pemain, sehingga sedikit mengurangi aspek fair play dalam kompetisi.

Perpanjangan larangan ini juga secara tidak langsung mengirimkan pesan bahwa sepak bola Indonesia masih memiliki masalah serius dalam pengelolaan suporter, yang dapat mempengaruhi citra liga di mata internasional.

"Soal masih belum diizinkannya supporter hadir dalam laga away boleh saja masih perlu diberlakukan. Menurutku, sebaiknya tidak pukul rata. Untuk klub-klub yang tidak memiliki rivalitas tinggi sejatinya bisa diizinkan untuk hadir dalam laga away," kata Pengamat Sepakbola Tanah Air, Kesit Budi Handoyo kepada Rabu (6/8/2025).

"Dampaknya, suasana pertandingan jadi kurang greget karena hanya dipenuhi suporter tuan rumah. Tim tamu merasa tidak dapat energi tambahan karena tidak ada dukungan dari suporter mereka," tambahnya.

 


Suporter Juga Harus Introspeksi

Yunus Nusi (kiri) dan Ferry Paulus (kanan), berbicara pada Press Conference terkait National Dispute Resolution Chamber Indonesia (NDRC) yang akan dilaksanakan pada Rabu, (06/07/2025) Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta. (Bola.com/Abdul Aziz)

Keputusan untuk memperpanjang larangan suporter tandang adalah langkah pragmatis yang diambil demi menjaga keamanan dalam jangka pendek. Namun, ini bukanlah solusi permanen. Sepak bola sejatinya hidup dari interaksi dan gairah suporter, termasuk kehadiran mereka di kandang lawan.

PSSI dan PT LIB perlu memikirkan strategi jangka panjang untuk mendidik dan membina suporter agar lebih dewasa dan bertanggung jawab.

Dialog intensif dengan kelompok suporter, penerapan sanksi tegas bagi pelanggar, serta peningkatan infrastruktur stadion yang mampu memisahkan suporter secara efektif adalah beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan.

Hanya dengan begitu, gairah sepak bola Indonesia bisa kembali sepenuhnya, dengan suporter tandang yang kembali diizinkan hadir, menambah warna dan intensitas kompetisi tanpa mengorbankan keamanan.

"Dalam situasi ini yang harus dilakukan suporter ya harus introspeksi diri. Mereka harus sadar bahwa kondisi seperti ini tidak akan menguntungkan mereka. Harus ada Kesadaran yang tinggi dari suporter untuk tidak lagi melakukan hal-hal anarkis. Serta tindakan-tindakan lainnya yang merugikan dunia sepakbola kita," Kesit Budi Handoyo mengakhiri pembicaraan.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}