Bandung - Program BRI Goes to Campus kembali digelar, kali ini Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung menjadi tuan rumah.
Antusiasme ratusan mahasiswa terlihat sejak pagi, terlebih acara ini dihadiri langsung oleh General Manager Kompetisi dan Operasional I.League, Takeyuki Oya, serta Hanif Marjuni, selaku Manajer Corporate Share Value I.League.
Takeyuki Oya menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan acara di UPI yang digelar Rabu (19/11/2025). Menurutnya, dukungan dari UPI dan BRI membuat kegiatan ini berjalan sangat baik.
“Ini merupakan bentuk dukungan luar biasa dari UPI dan BRI. Saya senang melihat banyak mahasiswa hadir. Kami banyak berbicara tentang olahraga dan sepak bola. Saya harap program seperti ini bisa terus berlanjut,” ujar Takeyuki Oya usai acara.
Takeyuki Oya menyebutkan bahwa kehadiran anak muda adalah elemen penting dalam perkembangan I-League.
“Kami perlu anak-anak muda. Interaksi seperti ini membuat kami senang. Semoga mereka semakin tertarik dengan dunia olahraga, terutama sepak bola,” ucap Takeyuki.
Kualitas Meningkat
Terkait kompetisi BRI Super League musim ini, Takeyuki menilai kualitas liga di Tanah Air terlihat semakin meningkat.
“Musim ini berjalan baik. Kami memiliki lebih banyak pemain asing, dan itu membuat liga lebih menarik. Harapannya, semakin banyak fans yang datang ke stadion. Step by step kami terus berbenah agar dukungan di stadion semakin besar,” imbuhnya.
Sementara itu, Hanif Marjuni menjelaskan alasan UPI terpilih sebagai lokasi program BRI Goes to Campus tahun ini. UPI menjadi salah satu pilihan dari program ini, salah satu kampus yang ada di Kota Bandung
“Tahun ini ada 16 kampus yang kami kunjungi. Kampus dipilih berdasarkan keberadaan klub Liga 1 di kotanya. Bandung punya Persib, jadi UPI menjadi pilihan kami,” jelas Hanif.
Hanif menekankan bahwa salah satu misi utama program ini adalah membuka wawasan mahasiswa bahwa sepak bola bukan sekadar pertandingan di lapangan, tetapi industri besar dengan peluang karier luas.
“Sepak bola sudah menjadi industri global. Di balik industri tersebut, ada begitu banyak profesi. Tahun lalu Universitas Indonesia merilis riset bahwa satu musim kompetisi menghasilkan perputaran dana Rp10,4 triliun,” jelas Hanif.
“Dari angka itu saja terlihat betapa luas peluang kerja bagi tenaga ahli dengan latar belakang keolahragaan dan bidang terkait,” lanjut Hanif.
Kelas dan Workshop
Program ini juga menghadirkan berbagai kelas dan workshop yang disesuaikan dengan minat dan latar belakang mahasiswa.
“Mahasiswa perlu tahu, kalau punya passion di sepak bola, tidak harus jadi atlet. Ada medical officer untuk mereka yang berlatar kesehatan, media officer bagi yang berasal dari komunikasi, marketing officer untuk mahasiswa bisnis, hingga LOC bagi mereka yang berlatar olahraga,” kata Hanif.
Tidak hanya itu, industri sepak bola kini semakin membutuhkan tenaga seperti data analyst profesi yang jumlahnya terus bertambah seiring meningkatnya jumlah klub profesional di Indonesia.
Program BRI Goes to Campus ini diakui Hanif telah singgah di berbagai kampus besar seperti Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Padang, dan Universitas Gadjah Mada.
Setelah UPI, agenda berikutnya akan berlangsung di Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Lampung, hingga Universitas Airlangga.
“Intinya, kami ingin mahasiswa melihat bahwa kompetisi olahraga itu dikelola secara profesional, dan dari sana lahir banyak profesi. Kami ingin membuka wawasan itu kepada mereka,” ucap Hanif sambil mengakhiri.