
Jakarta - Siapa pun pelatih Timnas Indonesia selanjutnya, ada sederet pekerjaan rumah (PR) yang harus diperhatikan. Hal tersebut dikatakan mantan tombak Timnas Indonesia, Indriyanto Nugroho, terkait derasnya desakan pemecatan terhadap Patrick Kluivert.
Patrick Kluivert panen kritikan setelah gagal membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Dalam dua laga penentu di Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Tim Garuda kalah 2-3 dari Arab Saudi dan kembali takluk 0-1 saat bersua Irak.
Mantan striker Timnas Indonesia, Indriyanto Nugroho, ikut angkat suara ihwal desakan pemecatan Patrick Kluivert.
Legenda yang kini berusia 49 tahun itu tak terlalu mempersoalkan siapa pengganti Patrick Kluivert atau bagaimana nasib juru taktik asal Belanda itu ke depannya. Ia menyebut bahwa itu kewenangan PSSI selaku federasi.
"Kalau hal itu kita enggak tahu ya. Maksudnya, siapa pun pelatihnya ya pastinya membutuhkan waktu. Kalau bahasa Jawa-nya tak bisa ujuk-ujuk gitu loh, enggak mungkin. Butuh proses. Coach Shin Tae-yong sudah berapa tahun, terus Patrick Kluivert berapa tahun," kata Indriyanto Nugroho via kanal YouTube Bicara Bola.
"Mereka sebenarnya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Nah, tinggal bagaimana kelebihan dan kekurangan itu dimix supaya jadi hebat nanti. Kalau saya sih enggak mau membanding-bandingkan siapa pun ya," imbuhnya.
Banyak PR

Menurut eks mesin gol PSIS Semarang, kalau pun akhirnya PSSI mendepak Patrick Kluivert maka ada PR yang kudu dituntaskan.
"Kalau pun nanti pihak federasi mau mengganti Patrick Kluivert dengan si A, si B, si C itu kewenangan mereka. Tapi ya itu tadi, benahi dulu di kompetisinya supaya apa? Pemain-pemain kita yang dilokal ini juga mendapat kesempatan. Terus yang diaspora juga nanti kesempatannya juga lebih banyak lagi," tukas Indriyanto Nugroho.
"Pemain-pemain diaspora sekarang lebih banyak yang muda-muda. Miliano Jonathans masih 20 tahun, terus Mauro Zijlstra masih muda juga. Nah, kasih kesempatan mereka. Yang senior harus terus berkembang. Nah, yang di bawah didorong supaya sepakbola kita tetap harus berjalan," ujarnya lagi.
"Jangan di atas terus nih. Tolong di bawah juga diperbaiki dong. Jadi, biar sinergitas ke atasnya tuh bagus. Makanya kenapa di Eropa itu pemainnya bisa naik levelnya top, ya karena di bawahnya bagus. Dari grassrootnya mereka bagus. Makanya dari awal saya bilang, grassroot adalah pondasi utama bagaimana timnasnya bisa jadi lebih baik," tutup Indriyanto Nugroho.